Selasa, 18 November 2008

Nyanyian God Father Blok III


Sjam banyak membuka informasi rahasia Biro Chusus Partai Komunis Indonesia. Dilaporkan ke Jenderal Soeharto.

PETUGAS Rumah Tahanan Militer Budi Utomo, Jakarta Pusat, itu tiba-tiba mencabut televisi hitam-putih. Benda hiburan penting para tahanan tersebut diangkut. Mereka juga memelontosi penghuni sel. Semua gara-gara para pendatang baru: rombongan mahasiswa yang dijebloskan setelah peristiwa kerusuhan 15 Januari 1974 atau dikenal dengan Peristiwa Malari.

Mahasiswa-mahasiswa itu dinyatakan bersalah karena mengalahkan para sipir penjara dalam pertandingan badminton. Pada pertengahan 1970-an itu, tahanan politik Partai Komunis Indonesia penghuni tahanan biasa mengalah kepada sipir. ”Para penjaga marah. Tahanan PKI menyalahkan kami,” tutur Yopie Lasut, tahanan Malari yang bebas akhir 1975.

Di tengah ketegangan, menurut Yopie, seorang pria datang melerai. ”Ini bagus buat menyadarkan kita bahwa kita ada di Rumah Tahanan Militer, bukan di surga. Masak cuma soal TV, kita harus memusuhi mahasiswa.” Yopie mengenal pria itu adalah Sjam Kamaruzaman, tokoh PKI yang menghuni rumah tahanan sejak 1967.

Yopie menghuni blok III tahanan, bersama dua rekannya, Salim Hutajulu dan John Pangemanan. Ada 30-an tahanan di blok itu, termasuk Sjam dan Soejono Pradigdo, Ketua Komite Daerah Besar Jakarta Raya. Soejono adalah teman sekamar dan ”asisten” Sjam. Aktivis Malari, Marsillam Simandjuntak, Hariman Siregar, Syahrir, dan Rahman Tolleng, menghuni blok lain.

Salim melihat Sjam mirip ”god father” dan ”penguasa yang disegani bahkan ditakuti para tahanan”. Tahanan sipil ataupun militer, ia mengatakan, sering kali minta nasihat dan perlindungan kepada Sjam. Forum ”konsultasi” itu biasanya digelar saat bermain gaple di kamar Sjam.

Sjam juga diperlakukan istimewa. Meski ditahan, dia bisa keluyuran keluar-masuk sel. Berbeda dengan tahanan lain yang ketakutan kalau dipanggil petugas, Sjam justru santai dan bisa senyum-senyum. ”Yang lain takut karena kalau dipanggil, pasti disiksa,” kata Salim.

Menurut cerita Oei Tjoe Tat dalam memoarnya, Sjam terkadang ”dilepas” berkeliaran di halaman tahanan untuk mengenali para tahanan yang lain. Siapa tahu mereka salah satu dari tentara ”binaan”-nya. Tak mengherankan jika tahanan lain tidak tenteram karena nasib mereka bisa ditentukan oleh ”nyanyian” Sjam.

Salim menguatkan cerita itu. Mungkin karena takutnya, ”Semua datang, kulo nuwun. Kalau Sjam nyebut-nyebut (nama), orang kan jadi susah.” Ia juga mengenang, Sjam punya hobi bercocok tanam. Bersama beberapa temannya, ia menyulap halaman rumah tahanan menjadi kebun sayur dan pepaya.

Menurut Salim, di antara tahanan Rumah Tahanan Militer Budi Utomo dikenal adanya orang-orang yang ”dipelihara” jaksa. Mereka diminta mencari informasi tahanan lainnya. Bahkan ada orang PKI diberi fasili-tas untuk menjadi informan. Orang-orang itu ikut menginterogasi teman-teman mereka. ”Mungkin Sjam juga dipakai. Tapi saya yakin dia pintar mengambil manfaat untuk kepentingan sendiri,” kata Salim.

Pada 1982 Rumah Tahanan Militer Budi Utomo dibongkar. Sjam dipindahkan ke penjara Cipinang, Jakarta Timur. Ia pun dijauhi tahanan lain, terutama tahanan politik ”non-Biro Chusus”. Mereka menganggap Sjam terlalu banyak membocorkan adanya perwira-perwira di dalam militer, kata Hamim, anggota Biro Chusus, kepada Tempo. Sjam hanya bisa akrab dengan sesama eks Biro Chusus, seperti Hamim, Pono, dan Bono. Ada pula kawan lamanya di Serikat Organisasi Buruh Seluruh Indonesia, Munir.

Kolonel Sugondo, perwira Team Pemeriksa Pusat interogator Sjam—dalam wawancaranya dengan wartawan senior Atmadji Sumarkidjo, mengakui adanya perlakuan khusus itu. Sjam adalah kunci yang membuka misteri Biro Chusus—sesuatu yang menghubungkan organ resmi PKI dengan Untung, Komandan Pasukan Cakrabirawa yang berperan penting pada Gerakan 30 September.

Sjam juga ”menggigit” sejumlah tentara binaan Biro Chusus. Misalnya, ia menyebut nama Sumbodo di Jawa Timur; Herman, Diro, Usman di Jawa Tengah; Saplin dan Gani di Jawa Barat; serta Suganda dan Sidik di Jakarta. ”Tentang pangkat orang-orang tersebut, saya tidak ingat lagi,” kata Sjam dalam berita acara pemeriksaan.

Nama Sidik belakangan diketahui sebagai Kolonel Muhammad Sidik Kardi, seorang penuntut untuk Mahkamah Militer Luar Biasa. Ia ditangkap beberapa pekan kemudian, pada Agustus 1967, setelah kesaksian Sjam. Sidik dipenjara 12 tahun.

Menurut Sugondo, pendekatan khusus kepada Sjam dilakukan secara intensif. Ia diperlakukan dengan baik. Soalnya, selama pemeriksaan awal sejak tertangkap pada Maret 1967, Sjam melakukan aksi tutup mulut. Kebiasaan interogator memeriksa dengan kekerasan tidak mempan membuka mulutnya.

Menurut Maksum, anak pertama Sjam yang nama aslinya tak ingin disebutkan, ayahnya punya ilmu kebal. ”Saat ditangkap dan diinterogasi, Kopassus memaksa Bapak mengaku dengan kekerasan fisik. Malah mereka mental. Sejak itu, tidak ada lagi yang mencobanya,” katanya.

Sugondo berhasil mendapat banyak informasi dari Sjam dengan pendekatan personal. Ia datang tidak sebagai interogator. Obrolan santai juga sering dilakukan di kantor Sugondo. Setiap hari Sjam hanya diajak ngobrol, berdiskusi tentang berbagai hal, ditemani kopi dan roti atau pisang goreng.

Sjam pada awalnya jaga jarak, hanya bicara terbatas. Dalam obrolan santai itu, Sugondo membiarkan Sjam bicara dan menyampaikan pikirannya tanpa diinterupsi. Sugondo juga tidak pernah mencatat agar Sjam tidak mengerem omongan. Ia mengandalkan ingatan. Setelah sampai di rumah, barulah Sugondo menuliskan semua yang diperoleh dari Sjam.

Hasil laporan Sugondo digunakan Tim Pemeriksa Pusat sebagai data intelijen. Data ini dilaporkan kepada Menteri Panglima Angkatan Darat Jenderal Soeharto sekaligus disusun menjadi berita acara pemeriksaan untuk penuntutan di Mahkamah Militer Luar Biasa. Nyanyian Sjam menyapu habis PKI.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

NOSTALGIAKU--BERSAMA TOKOH PKI--SYAM KAMARUZAMAN---DI PENJARA--DIRUMAH TAHANAN MELITER--RTM,,BUDI UTOMO JAKARTA PUSAT ,,PADA TAHUN 1974,,!KETIKA TERJADI PERISTIWA MALARI TAHUN 1974,,SAYA KETUA SENAT MAHASISWA FIS-UI DAN TEMAN2 KU,,DITANGKAP OLEH KOPKAMTIB ATAS PERINTAH PRESIDEN JENDRAL SOEHARTO---DAN DIJEBLOSKAN KE PENJARA SELAMA HAMPIR 2 TAHUN LAMANYA,,,KETIKA MEMASUKI RTM BUDI UTOMO--SAYA DKK BERJUMPA DENGAN TOKOH PKI,,SYAM,,MUNIR,,SOEGIYONO DLL,,,YANG DITANGKAPKARENA PERISTIWA G 30 S PKI ,,JUGA OLEH PRESIDEN SOEHARTO !